Friday, January 14, 2005

ekstase tak terjabarkan

Aku sudah bahagia saat Kau dengar segala keluhan Hidup, Wahai Sang Abadi, benar-benar bahagia. Bahkan waktu serasa berhenti saat aku lantunkan sejuta pujian cinta kepada Mu, dan Aku mungkin terlalu berani untuk menyembah dan memohon padaMu atas dasar Cinta bukan ketakutan seorang hamba pada sang raja.

Saturday, January 08, 2005

Secangkir Kopi Malam dan Puisi Rindu

Secangkir kopi diatas meja coklat kusam mengeluarkan uapnya yang membumbung tinggi kemudian sirna di hembus angin malam yang masuk lewat jendela kamar. jam dinding serasa lambat bergerak saat aku tuliskan sebuah puisi rindu untuk Sang Cinta.

Benar kata Plato bahwa cinta bisa membuat semua orang menjadi penyair, itulah yang terjadi kepadaku entah energi misterius dari mana yang merasuk kedalam fikiranku sehingga begitu saja penaku bergerak menggoreskan kata-kata di atas kertas, mengalir seperti udara malam yang menebarkan mimpi.

Sang Cinta yang begitu kurindukan tak pernah surut cintanya padahal seringkali aku malas membaca Surat-Surat Cintanya, mendengarkan lagu-lagunya dalam harmonisasi alam, atau memandang dengan penuh ketakjuban ungkapan-ungkapan cintanya.

Harus aku akui bahwa ternyata aku tak dapat menghindar dari cintaMu wahai Sang Abadi, Sungguh karena biar berapa kali pun aku coba menyangkal dan melupakan tetap saja Cintamu yang tanpa batas mampu menyentuh Kegelapan Hatiku yang pekat, sepekat kopi ini.

Rinduku seperti uap kopi ini yang terus mencoba membumbung tinggi menggapai mu meski angin tak jarang membuatnya sirna dengan hembusannya.


Friday, January 07, 2005

Pengetahuan

Aku berfikir bagaimana kita bisa tahu bahwa kita tahu, bukan ngikutin para filosof loh tapi jujur memang masalah ini muncul begitu saja dalam otak ku , bagaimana kita bisa tahu akan sesuatu, katanya karena kita punya pengetahuan tapi masalahnya bagaimana pengetahuan itu muncul dan ada dimana pengetahuan itu. apakah pengetahuan itu ada di dalam otak, tapi diotak yang ada cuma jaringan-jaringan syaraf, dan darah, tidak ada keterangan ilmiah dan otentik bahwa pengetahuan itu ada diotak, jadi bisa nggak sih dikatakan bahwa kalau pun kita nggak punya otak tapi masih punya pengetahun ?, mungkin kalian bisa menjelaskannya.

Wednesday, January 05, 2005

Rapuh

RAPUH

“ On and on the rain were fall like tears from a star, like tears from a star
On and on the rain were say, how fragile we are, how fragile we are…”
- Sting -

Dan angin pun mengalir lirih diantara tangis-tangis yang berderai dari wajah-wajah penuh kesedihan dan kehilangan. Tidak ada yang menyangka bahwa bencana ini akan terjadi , semua begitu cepat dan tiba-tiba saja merubah segalanya. Merubah kota-kota dan desa-desa menjadi lautan tubuh-tubuh tak bernyawa.

Seorang ibu terduduk di tepi jalan di sisi tubuh kaku gadis ciliknya yang cantik, sambil menangis lalu mendekap erat mayat itu kedadanya seakan ingin membagi detak jantung kehidupan kepada sang buah hati, seakan ingin memberi kehangatan kepada tubuh yang dingin.

Seorang anak laki-laki meraung-raung memanggil ibu dan bapaknya, menggoyang-goyangkan tubuh keduanya seakan menyangka mereka sedang lelap tertidur, namun mata-mata mereka tak juga berkedip, bahkan tubuhnya pun tiada bergerak , anak itu terlalu lugu untuk tahu bahwa inilah kematian.

Semua yang hidup di tempat ini sama-sama menangis ,sama-sama meratapi kepergian orang-orang tercinta untuk selama-lamanya dan tak kan kembali. Alam menangis dan hujan pun turun dari langit kelabu yang tersayat duka, rintik gerimis yang menyirami tempat ini, mengecup yang mati, mengelus yang hidup seakan berkata tetaplah tabah, jangan pernah menyalahkan Tuhan atas segala bencana yang menimpa. Istighfar dan mohon ampun atas segala kesalahan dan kekhilafan. Ternyata pada kenyataannya kita memang rapuh dan tak berdaya di hadapan Sang Kuasa. How fragile we are, how fragile we are.