Saturday, January 08, 2005

Secangkir Kopi Malam dan Puisi Rindu

Secangkir kopi diatas meja coklat kusam mengeluarkan uapnya yang membumbung tinggi kemudian sirna di hembus angin malam yang masuk lewat jendela kamar. jam dinding serasa lambat bergerak saat aku tuliskan sebuah puisi rindu untuk Sang Cinta.

Benar kata Plato bahwa cinta bisa membuat semua orang menjadi penyair, itulah yang terjadi kepadaku entah energi misterius dari mana yang merasuk kedalam fikiranku sehingga begitu saja penaku bergerak menggoreskan kata-kata di atas kertas, mengalir seperti udara malam yang menebarkan mimpi.

Sang Cinta yang begitu kurindukan tak pernah surut cintanya padahal seringkali aku malas membaca Surat-Surat Cintanya, mendengarkan lagu-lagunya dalam harmonisasi alam, atau memandang dengan penuh ketakjuban ungkapan-ungkapan cintanya.

Harus aku akui bahwa ternyata aku tak dapat menghindar dari cintaMu wahai Sang Abadi, Sungguh karena biar berapa kali pun aku coba menyangkal dan melupakan tetap saja Cintamu yang tanpa batas mampu menyentuh Kegelapan Hatiku yang pekat, sepekat kopi ini.

Rinduku seperti uap kopi ini yang terus mencoba membumbung tinggi menggapai mu meski angin tak jarang membuatnya sirna dengan hembusannya.


0 Comments:

Post a Comment

<< Home